Baru setahun yang lalu aku berpisah dengan IBU…
Tapi rasanya, jalanku sudah tak semulus dulu…
Tak seperti masa lalu,
Saat KAU selalu setia menegurku ketika aku terlena dalam indahnya mimpi malam…
Saat ku tersesat dalam gelap pekatnya dunia,KAU selalu setia menuntunku kepada cahaya terang agama…
Ketika ku tergelincir dalam jurang keputus-asaan,KAU selalu datang dengan uluran hangat penuh semangat…
Masih saja KAU berjalan untukku walau peluh tercucur, dan selalu tanpa keluh…
hanya untuk aku,anakMU..
Saat ENGKAU selalu disampingku,
Seakan jalanku lurus melaju,tanpa suatu apapun mengganggu…
Saat KAU setia disampingku,aku merasa surga ada didepan mata…
Tapi kini,
Harus ku berdiri dengan kaki ini…
Kaki yang masih rapuh,seakan belum berpondasi…
Terlalu berat bila harus kujalani hidup ini tanpaMU IBU…
Tanpa seoarang yang selalu membopongku tinggi ketika ku tersungkur jatuh…
Tanpa sosok yang selalu mengajarkanku akan arti kesabaran dan keuletan…
Harapku,
ENGKAU masih setia menantiku ketika ku kembali nanti…
Kan ku ulang kenangan indah bersamaMU IBU…
Semoga,TUHAN pun mengamini harapanku ini..
Tak lain,karena aku ingin kembali merajut cinta yang terpisahkan benua ini...
Semoga ini semua kan terjadi…
*didedikasikan untuk seseorang yang mencintaiku dengan sepenuh hati,tanpa suatu tendensi
Sudut pojok kamar,27 februari 2011
Minggu, 27 Februari 2011
Sabtu, 15 Januari 2011
Jangan Mengeluh!
Manusia terlahir mudah mengeluh. Mengeluh karena penghasilan kurang,
mengeluh karena banyaknya masalah yang dihadapi, mengeluh karena sikap
orang lain menyinggung dirinya, dan mengeluh karena apa-apa yang
dihadirkan di hadapannya tidak sesuai dengan keinginan.
Sikap mengeluh menunjukkan kekerdilan jiwa dan mencari pembenaran diri. Seorang yang mengeluh senantiasa mencari penyebab permasalahan adalah sesuatu di luar dirinya sehingga kurang melakukan instropeksi. Padahal seringkali yang menjadi permasalahan utama seseorang adalah dirinya sendiri, bukan orang lain atau sesuatu di luar diri.
Agama mengajarkan untuk tidak mengeluh. Mengapa demikian? Dalam kehidupan tentu akan selalu ada suka-duka, sedih-senang, panas-dingin, hitam-putih, terang-gelap dan semua hukum alam lainnya. Karenanya kenapa harus mengeluhkan perputaran roda kehidupan yang pasti akan terjadi?
Kehadiran segala sesuatu pada dasarnya harus diterima secara lapang dada karena Allah izinkan terjadi pada diri kita, betapapun menyakitkannya, tidak mengenakkan, menakutkan, atau menjijikkan. Sikap penerimaan inilah yang akan melapangkan dada dan membuatnya kuat untuk menjalani suka duka kehidupan. Tanpa sikap menerima, yang muncul hanyalah keluhan seolah-olah diri ini adalah orang termalang di dunia, Tuhan bersikap tidak adil, dan seolah-olah segala macam kesulitan hidup hanya ditimpakan kepada diri kita seorang.
Mengapa manusia dilarang mengeluh? Mengeluh adalah sikap kekanak-kanakan yang pada hakikatnya menunjukkan kita tidak menerima apa yang Allah hadirkan. Kita merasa ada yang salah pada pengaturan Allah. Padahal semua yang diizinkan tiba di hadapan telah diukur kadarnya dengan tepat dan tidak akan salah sasaran. Yakinlah bahwa Allah Maha Pengatur dan sangat paham akan apa-apa yang Dia izinkan untuk terjadi atau tidak terjadi pada diri kita. Karenanya, patutkah kita menyalahkan Dia, bersangka buruk pada-Nya dengan keluhan? Pernahkah menyadari apa-apa yang dianggap tidak enak atau tidak nyaman bagi ego dan syahwat kita adalah sesuatu yang sengaja Allah hadirkan untuk melindungi dan mendidik kita?
Karena itu duhai sahabatku, jauhilah sikap mengeluh. Jadilah seorang dewasa yang menerima apapun yang dihadirkan oleh-Nya pada diri kita. Ingat, mengeluh adalah sebuah penentangan, sebuah sikap penolakan dan menghindari kenyataan. Bukankah setiap yang hadir adalah tamu-Nya? Bagaimanakah sikap seharusnya yang ditunjukkan seorang hamba yang baik ketika hadir tamu-tamu istimewa?
Jika kita pernah mengeluh atas kehidupan dan menyadarinya, segeralah beristighfar dan memohon ampun. Semoga Allah memaafkan kesombongan kita karena berani menentang-Nya dengan keluhan. Semoga Allah membantu menguatkan diri kita untuk menjalani kehidupan dengan tegar, penuh keberanian, layaknya seorang kesatria. Sehingga apapun yang hadir, susah atau senang, nikmat atau menyakitkan, semua akan diterima dengan hati yang lapang dan senyuman. Karena diri ini menyadari bahwa semuanya sama, tamu-tamu istimewa yang dihadirkan oleh-Nya.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (Al-Qur’an Surah Al-Ma’aarij 70: 19-21)
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Qur’an Surat Al-Hadid 57: 22-23)
Sikap mengeluh menunjukkan kekerdilan jiwa dan mencari pembenaran diri. Seorang yang mengeluh senantiasa mencari penyebab permasalahan adalah sesuatu di luar dirinya sehingga kurang melakukan instropeksi. Padahal seringkali yang menjadi permasalahan utama seseorang adalah dirinya sendiri, bukan orang lain atau sesuatu di luar diri.
Agama mengajarkan untuk tidak mengeluh. Mengapa demikian? Dalam kehidupan tentu akan selalu ada suka-duka, sedih-senang, panas-dingin, hitam-putih, terang-gelap dan semua hukum alam lainnya. Karenanya kenapa harus mengeluhkan perputaran roda kehidupan yang pasti akan terjadi?
Kehadiran segala sesuatu pada dasarnya harus diterima secara lapang dada karena Allah izinkan terjadi pada diri kita, betapapun menyakitkannya, tidak mengenakkan, menakutkan, atau menjijikkan. Sikap penerimaan inilah yang akan melapangkan dada dan membuatnya kuat untuk menjalani suka duka kehidupan. Tanpa sikap menerima, yang muncul hanyalah keluhan seolah-olah diri ini adalah orang termalang di dunia, Tuhan bersikap tidak adil, dan seolah-olah segala macam kesulitan hidup hanya ditimpakan kepada diri kita seorang.
Mengapa manusia dilarang mengeluh? Mengeluh adalah sikap kekanak-kanakan yang pada hakikatnya menunjukkan kita tidak menerima apa yang Allah hadirkan. Kita merasa ada yang salah pada pengaturan Allah. Padahal semua yang diizinkan tiba di hadapan telah diukur kadarnya dengan tepat dan tidak akan salah sasaran. Yakinlah bahwa Allah Maha Pengatur dan sangat paham akan apa-apa yang Dia izinkan untuk terjadi atau tidak terjadi pada diri kita. Karenanya, patutkah kita menyalahkan Dia, bersangka buruk pada-Nya dengan keluhan? Pernahkah menyadari apa-apa yang dianggap tidak enak atau tidak nyaman bagi ego dan syahwat kita adalah sesuatu yang sengaja Allah hadirkan untuk melindungi dan mendidik kita?
Karena itu duhai sahabatku, jauhilah sikap mengeluh. Jadilah seorang dewasa yang menerima apapun yang dihadirkan oleh-Nya pada diri kita. Ingat, mengeluh adalah sebuah penentangan, sebuah sikap penolakan dan menghindari kenyataan. Bukankah setiap yang hadir adalah tamu-Nya? Bagaimanakah sikap seharusnya yang ditunjukkan seorang hamba yang baik ketika hadir tamu-tamu istimewa?
Jika kita pernah mengeluh atas kehidupan dan menyadarinya, segeralah beristighfar dan memohon ampun. Semoga Allah memaafkan kesombongan kita karena berani menentang-Nya dengan keluhan. Semoga Allah membantu menguatkan diri kita untuk menjalani kehidupan dengan tegar, penuh keberanian, layaknya seorang kesatria. Sehingga apapun yang hadir, susah atau senang, nikmat atau menyakitkan, semua akan diterima dengan hati yang lapang dan senyuman. Karena diri ini menyadari bahwa semuanya sama, tamu-tamu istimewa yang dihadirkan oleh-Nya.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (Al-Qur’an Surah Al-Ma’aarij 70: 19-21)
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Qur’an Surat Al-Hadid 57: 22-23)
Langganan:
Postingan (Atom)